Our Happy Project

Home Education Journey

Anak Dijadikan Konten, Boleh Nggak Sih?


"Mama videoin ya? Mama foto aku ya?"

"Mama, fotoin dong! Mama, videoin dong!"

Memotret atau merekam kegiatan anak sepertinya sudah jadi kebiasaan sehari-hari. Terutama karena sekarang ponsel dengan kamera adalah sesuatu yang lumrah. Tidak perlu pakai kamera DSLR atau mirrorless, pakai kamera ponsel malah lebih praktis. 

Foto dan videonya diunggah ke medsos nggak? Sebagian diunggah, sebagian teronggok di laptop, sebagian hilang 😅 Mengunggah foto atau video anak ke medsos atau ke blog sebenarnya sudah dari dulu saya lakukan.

Baca juga: Berkunjung ke Museum Satria Mandala, Jakarta.

Salah satu tujuan utamanya adalah untuk dokumentasi kegiatan. Selain itu, ya untuk kenang-kenangan juga. Bahagia lho rasanya melihat foto anak-anak dulu. Anak-anakpun senang melihatnya. Karena anak semakin besar terutama yang pertama, saya juga jadi lebih aware soal urusan mengunggah foto/video anak ke medsos dan blog. Makin ke sini cyber crime harus lebih diwaspadai. Plus anak yang lebih besar biasanya sudah lebih jaim kalau foto/videonya diunggah ke medsos. 



Selain itu karena anak-anak sempat menjalani homeschooling, dokumentasi ini dibutuhkan untuk membuat portofolio anak. Saat masih di PKBM dulu, setiap akhir semester orang tua diharuskan menyetorkan portofolio anak. Kita bisa menyertakan link unggahan di medsos pada portofolio anak sebagai 'bukti'. 

Baca juga: Apa itu PKBM Piwulang Becik dan Bagaimana Cara Belajar di Sini?

Soal apakah medsosnya mau disetel publik atau private si bagi saya kembali ke pilihan masing-masing. Karena saya akui sih akun medsos dan blog yang bertema parenting dan kegiatan anak itu sering menjadi sumber inspirasi. Jadi mudah-mudahan konten saya di medsos dan blog juga bisa bermanfaat he he. 

Oh iya soal anak yang besar yang sudah lebih jaim, saya berusaha menanyakan dulu ke anak-anak. Apakah boleh video/foto ini diunggah ke medsos, blog, dan Youtube. Selain itu ada juga rambu-rambu tentang konten apa yang akan saya unggah, dan ini juga bukan bermaksud menggurui ya, tapi juga pengingat untuk diri saya:

Baca juga: Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

- Tidak mengumbar aurat anak. 

- Tidak mengunggah foto atau video saat anak sedang ngambek atau marah.

- Tidak mengunggah data pribadi atau lokasi 'real time' anak. 

- Tidak mengunggah apapun yang tidak diizinkan anak. 

- Tidak membuat konten yang sifatnya negatif seperti konten prank atau yang bisa membahayakan anak, orang tua, dan orang lain.

- Tidak oversharing cerita pribadi. 

- Menahan diri untuk sharing tentang anak saat anak sakit di saat-saat darurat. IMHO boleh aja sih cerita pengalaman saat anak sakit tapi bukan di saat keadaan masih darurat/genting. Karena saat itu kan lebih baik fokus ke kondisi anak. 

- Jangan lupa tetap menikmati momen kebersamaan dengan anak (ini yang utama) dan bukan hanya sibuk mengabadikan momen. 

Baca juga: Daftar Proyek Scratch Rayyaan (Bagian 3).

Kalau konten yang dimonetisasi bagaimana? Ya lagi-lagi bagi saya itu kembali ke pilihan orang tua masing-masing. Karena banyak kan job untuk blogger dan influencer seusia saya yang sifatnya review/promo produk dan jasa untuk anak-anak. Asalkan tidak memaksa anak dan membuat anak lelah. 

Bagi saya sih pekerjaan yang melibatkan anak  just for fun dan hanya sesekali sambil mengenalkan ke anak kalau kita bisa memanfaatkan gawai dan internet untuk hal yang bermanfaat. Misalnya membuat konten yang bermanfaat dan mencari uang. Jadi kita tidak hanya menghabiskan waktu dengan gawai dan internet untuk nonton video atau main game.

Tapi sebagai orang tua kita juga harus punya rambu-rambu. Misalnya seperti yang saya tulis di atas. Plus buat saya kalau memang ada konten yang sifatnya kerjaan ya itu hanya sebatas sampingan saja. Tujuan utama membuat konten tetap untuk dokumentasi dan kenang-kenangan. Mudah-mudahan blog inipun bisa jadi salah satu media untuk anak bisa bernostalgia tentang kenangan masa kecilnya. 

Plus insyaa Allah semoga bisa selalu meluruskan niat membuat konten untuk tujuan yang positif dan bermanfaat. Terlebih lagi karena di akun medsos biasanya ada pengikut atau subscribernya. Berapapun jumlahnya, tetap ada kemungkinan pengikut kita akan ada yang terpengaruh konten-konten kita. 

Begitu sih pandangan saya soal anak dijadikan konten di medsos dan blog. Kalau pendapat teman-teman bagaimana nih? 

Comments

  1. inti-intinya lihat lihat dulu ya Kak. lihat privacy policynya dulu

    ReplyDelete
  2. Hihihi aku juga masih share poto anakku tapi emang ada batasannya yakni yang gak ngumbar aurat, saat dia cemberut dll, kalau zaman covid malah kyk fotonya yang pakai maskeran atau kalau gk kuusahakan yg noleh ke samping atau nunduk. Tujuannya buat dokumentasi insyaAllah gak buat riya.
    Pokoknya banyak pertimbangan lha ya upload ttg anak, asal gak berlebihan aja deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak. Kalau yang suka main medsos (& ngeblog juga) dari jaman baheula mungkin merasa juga sih ya, kalau nulis atau upload tentang anak itu buat dokumentasi dan kenang-kenangan. Kalau memilih untuk diset publik ya malah bisa jadi bermanfaat atau jadi tukar pikiran. Karena aku ingat pernah japri2an sama emak2 blogger lain karena dapat info dari tulisan mereka. Beberapa orang yang nggak kukenal juga pernah japri nanya ini itu karena dapat info dari medsos & blog.

      Delete
  3. Terimakasih sharing nya mba.. Setuju bahwa untuk mengunggah konten yg ada anak perlu ada rambu-rambu dan juga izin yg bersangkutan/ keluarganya (bila itu bukan anak kita) boleh tidaknya itu diunggah.

    ReplyDelete
  4. Mungkin balik lagi ke niat ya, Bund hehehe. Selama tujuannya positif dan orang lain mendapatkan manfaat dari hal tersebut gak masalah, lillahi taála hehehe. Namun bisa juga diminimalisir dengan pose yang gak terlalu mengekspos mungkin ya hehe

    ReplyDelete
  5. Aku masih share foto anak-anak, tapi dengan batasan-batasan, seperti gak umbar aurat anak, gak posting sesuatu yang bakal mempermalukan mereka, dan batasan-batasan lain yang sekiranya 'aman'

    ReplyDelete
  6. Di rumah ada ponakan yang masih balita dan yang udah agak besar, tapi daku ndak mau share foto mereka, karena walau bagaimana pun hitungannya masih kecil.

    ReplyDelete
  7. Boleh-boleh aja yah kak, asal harus diperhatikan hal hal tertentu, karena nggak smua BSA dipost, anak jg punya privacy. makasih sharingnya yah kak

    ReplyDelete
  8. Khusus untuk blog parenting, mau tak mau saya harus bikin artikel tentang mereka, mbak. Namun jika terkait informasi sekolah ataupun pengalaman harian, pasti saya tanya dulu ke anak-anak, boleh enggak untuk disampaikan di blog.

    ReplyDelete
  9. Aku termasuk yang jarang banget share foto keluarga.
    Selain memang kayak "Mau buat apa?" heheh.. Jadi sosial media yang aku share kalok gak sesuai sama niche-ku ya.. masalah kerjaan.
    Oiya, aku masih share foto anak kalo nyambung sama kerjaan.
    Nah, jadi nulis captionnya bisa relate.

    ReplyDelete
  10. Anak-anak kami malah suka bikin video tanpa sepengetahuan kami. Tau tau dah diupload di tiktok emaknya. Wakakakak

    ReplyDelete
  11. Emang setiap org tua bisa punya pandangan yg beda beda ya mba

    Aku belum jadi org tua sih tapi klo bayi atau anak dipublish di sosmed atau unthk konten sih aku fine fine aja selama masih dalam batas wajar yaaaa.. biar ga merugikan diri sendiri dan anaknya juga

    ReplyDelete
  12. Saat ini, saya semakin jarang posting foto anak-anakku, beda banget dengan jaman beberapa tahun lalu. Sebenarnya gak ada salahnya sih ngontenin anak tapi harus ada batasannya juga, anak harus enjoy dan gak terkesan mengeksploitasi anak

    ReplyDelete
  13. share foto anak makin kesini emang makin pilih-pilih sih, anaknya udah mulai jaim kalau mau difoto, tapi kadang sih pada rebutan juga mau jadi model mamak kalau lagi ada job review hihihh.
    betuuul, kembali ke orang tua masing-masing ya, kalau niatnya untuk sharing for caring alias jadi pembelajaran boleh-boleh aja sih ya ikutkan anak dalam konten kita asalkan bisa memperhatikan poin-poin penting seperti yang disebutkan dalam postingan ini ya :)

    ReplyDelete
  14. wah setuju dengan rambu-rambunya, jadi reminder aku nih, jangan sampai kita melebihi batas xD soal sosmed, dua anakku berbeda. satu aku lock dan yg satunya aku open. aku tanya mereka dulu mau gimana, soalnya satu anakku ada yang sangat pemalu, jadi harus lebih aku jaga privacy nya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ke Our Happy Project by Keluarga Hasan
Mohon tidak berkomentar dengan kata kasar, spam, atau dengan link hidup ya
Terima kasih

back to top